Selasa, 22 Agustus 2017

Pamit

 Hari itu menjenuhkan ketika apa yang digenggamkan mulai  rapuh dan terkoyahkan, ketika goyah berkecamuk di hati yang mulai pudar akan rasa kekaguman, jenuh bukan kata yang harus di takutkan ketika merasa sendiri dibalik semua janji, membangun kepercayaan dibalik hati yang belum memastikan seakan mengubur kepercayyan yang dipercayakan.Tak ada waktu untuk membahas itu kembali,karena waktu akan menghabiskan dengan rapuhnya kepercayaan.
  Telat ketika genggaman coba kembali disatukan ketika 'pamit' sudah diucapakan.Pamit bukan berarti ilusi atau imajinasi yang hanya khayalan sesaat  sampai pada waktunya memiliki arti sebuah perpisahan, disini cambuk yang tak terlihat luka yang pedih. karena meninggalkan jejak yang membusuk diatara kebahagian yang pernah diukirkan , lagi kepercayaan itu dipertanyakan seakan tak ada habis untuk diingatkan, sudahlah tak ada waktu untuk menunggu dan menginggat janji yang di tuliskan di kertas fiksi yang belum tentu menjadi naskah yang nyata dan mengikat.
  Pamit..  bisakah dengan senyuman memisahkan tanpa ada yang merugi dan menyesal didalam penyesalan atas apa yang telah ditentukan. Teralu jelekah pamit sehingga menggores luka yang menjadi duka teramat bagi mereka tak mengikhlaskan. Pamit merupakan bagian dari janji kepercayaan dan  kebahagiaan yang pernah terucap, tak ada pamit yang hadir di antara duka tapi pamit hadir diantara kebahagiaan yang tergorreskan.
Pamit bagian dari hati yaitu keikhlaskan yang pantas untuk didoakan..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Satu Gelas Matcha  Hai sedikit sapaan dibawah rindangnya sore ini  Mengaduk matcha kesukaanmu dengan sedikit gula Baru saja pelay...