Hari
itu menjenuhkan ketika apa yang digenggamkan mulai rapuh dan
terkoyahkan, ketika goyah berkecamuk di hati yang mulai pudar akan rasa
kekaguman, jenuh bukan kata yang harus di takutkan ketika merasa sendiri
dibalik semua janji, membangun kepercayaan dibalik hati yang belum
memastikan seakan mengubur kepercayyan yang dipercayakan.Tak ada waktu
untuk membahas itu kembali,karena waktu akan menghabiskan dengan
rapuhnya kepercayaan.
Telat ketika genggaman coba kembali disatukan ketika 'pamit' sudah diucapakan.Pamit bukan berarti ilusi atau imajinasi yang hanya khayalan sesaat sampai pada waktunya memiliki arti sebuah perpisahan,
disini cambuk yang tak terlihat luka yang pedih. karena meninggalkan
jejak yang membusuk diatara kebahagian yang pernah diukirkan , lagi
kepercayaan itu dipertanyakan seakan tak ada habis untuk diingatkan, sudahlah tak ada waktu untuk menunggu dan menginggat janji yang di tuliskan di kertas fiksi yang belum tentu menjadi naskah yang nyata dan mengikat.
Pamit.. bisakah dengan senyuman memisahkan tanpa ada yang merugi dan
menyesal didalam penyesalan atas apa yang telah ditentukan. Teralu
jelekah pamit sehingga menggores luka yang menjadi duka teramat bagi
mereka tak mengikhlaskan. Pamit merupakan bagian dari janji kepercayaan
dan kebahagiaan yang pernah terucap, tak ada pamit yang hadir di antara
duka tapi pamit hadir diantara kebahagiaan yang tergorreskan.
Pamit bagian dari hati yaitu keikhlaskan yang pantas untuk didoakan..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar